PROPOSAL PENELITIAN MATEMATIKA
Tugas Individu
METODOLOGI PENELITIAN MATEMETIKA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KOOPERATIF TIPE NHT PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV), UNTUK SISWA KELAS VIII.A SMP PESANTREN YATAMA MANDIRI GOWA.
DARWIS
105 36 1757 07
VII.A
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMETIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
- Latar Belakang ............................................................................................. 1
- Perumusan Masalah ..................................................................................... 4
1. Identifikasi Masalah.............................................................................. 4
2. Identifikasi Pemecahan Masalah........................................................... 5
3. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
- Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
- Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. ... 6
- Kajian Pustaka.............................................................................................. 6
1. Pengertian Belajar.................................................................................. 7
2. Pengertian Matematika.......................................................................... 8
3. Prestasi Belajar Matematika................................................................... 9
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT........................................... 10
- Kerangka Berpikir ........................................................................................ 14
- Hipotesis Tindakan.................................................................................... ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 16
- Jenis Penelitian ............................................................................................. 16
- Subjek Penelitian ......................................................................................... 16
- Faktor yang Diselidiki ................................................................................. 16
- Instrumen Penelitian .................................................................................... 17
- Prosedur Penelitian ...................................................................................... 17
- Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 19
- Teknik Analisis Data..................................................................................... 19
- Indikator Keberhasilan................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ ... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan
merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang
berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu
disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seharusnya
aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber
daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah
satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting
dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan
suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
matematika. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah peningkatan
prestasi belajar matematika siswa di sekolah.
Dalam
pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang
bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama
untuk semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode
mengajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk
pokok bahasan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa
terhadap materi matematika masih tergolong rendah jika dibanding dengan
mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa. Berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan guru matematika yang mengajar di kelas
VIII bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih tergolong
rendah. Salah satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah adalah
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah, di mana pada
materi tersebut banyak siswa yang belum bisa menentukan cara yang mudah
dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan linear dua peubah dari
beberapa cara yang ada, siswa juga kurang bisa menyatakan suatu bentuk
model matematika dari soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua peubah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
matematika siswa pada semester I tahun 2009/2010 sebesar 5,0 dan pada semester II tahun 2009/2010
sebesar 4,76. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor, di antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa menunjukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional
yakni suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru,
sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya
kreativitas dan kemandirian siswa sehingga menurunkan prestasi belajar
matematika siswa.
Melihat
fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
guna meningkatkan prestasi belajar matematika disetiap jenjang
pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa
secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena
dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal
konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta
kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.
Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya,
saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam
kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan
motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran matematika
sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think Pair Share dan tipe Numbered Heads Together
(NHT). Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya
pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah, maka dalam penelitian
ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together), karena pada model ini siswa
menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya
kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran
sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang
diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing.
Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat
lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan
pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul :“Meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT”.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
a. Peserta didik kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru.
b. Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
c. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika.
d. Pembelajaran yang dilakukan belum efektif.
2. Indentifikasi Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa akan dipecahkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan sesuai prosedur penelitian tindakan kelas.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah hasil belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa Kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas dan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa khususnya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Peubah.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Bagi guru, dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem pembelajaran di kelas.
2. Bagi
siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa khususnya
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah.
3. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran matematika pada khususnya.
4. Bagi penulis:
sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta menyusun buah
pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan
sebagai bahan bandingan atau referensi khususnya kepada penulis lain
yang akan mengkaji masalah yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan aktifitas manusia yang sangat penting bagi manusia.
Pertanyaan yang sering muncul, mengapa manusia harus belajar? Didunia
ini tidak ada manusia yang dilahirkan memiliki potensi ilmu pengetahuan
yang tinggi. Jika bayi yang baru lahir tidak mendapatkan bantuan dari
manusia lain melalui belajar niscaya ia tidak dapat berbuat apa-apa, ia
tidak akan beranjak pada usia dewasa. Oleh karena itu, manusia selalu
dan senantiasa kapan dan di manapun ia berada harus belajar.
Untuk
mencapai hasil belajar yang baik, maka proses belajar memegang peranan
penting. Pada era globalisasi dan informasi sekarang ini dituntut untuk
memperoleh hal-hal yang baru yang lebih baik. Kegiatan belajar yang
terus menerus memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kemampuan,
pemahaman, kecakapan, serta aspek lain yang dapat berkembang kearah yang
lebih baik yakni memilki ilmu pengetahuan yang lebih luas. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat
dilihat dari beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli:
Chaplin (dalam Ilhamsyah, 2009)
mendefinisikan belajar sebagai (1) perolehan dari sebarang perubahan
yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari praktek
atau hasil pengalaman, (2) proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai
hasil dari praktek dan latihan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh James
O. Whittaker (dalam Ahmadi, 2003:126) belajar dapat didefinisikan
sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
Teori
belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh siswa kemudian
bagaimana informasi itu diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu
teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan
pemahaman siswa sebagai hasil belajar. Gagne (Ardiansyah,
2008:9) menyatakan bahwa untuk terjadinya belajar pada diri siswa
diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi
external. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai
hasil belajar yang terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek atau
benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Ini bertujuan
antara lain merangsang ingatan baru, memberikan kesempatan kepada siswa
menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.
Sedang Hamalik (Haling, 2004: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah
suatu proses aktif yang dilakukan secara keseluruhan dengan kesadaran
untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman baru yang ditandai dengan
perubahan tingkah laku. Karenanya dapat dikatakan bahwa jika setelah
belajar tidak terjadi perubahan belajar pada diri yang bersangkutan,
maka tidaklah dapat dikatakan padanya terjadi proses belajar.
2. Pengertian Matematika
Untuk
mendefinisikan matematika sangatlah sulit,tidak ada definisi matematika
yang diterima secara mutlak. Cabang-cabang matematika makin lama makin
bertambah. Sampai saat ini, diantara para ahli matematika belum ada
kesepakatan yang bulat tentang defenisi matematika. Namun demikian para
ahli berusaha memberikan gambaran tentang hakekat matematika termasuk
cara pencarian kebenaran dan cara berfikir matematika.
Menurut Dikmenum (dalam Tukiran, 2010: 66) matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika merupaka salah
satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, serta hakekat dan
tujuan manusia dalam kehidupan.
Matematika itu tidaklah konkrit,
tetapi abstrak. Matematika itu tidak hanya berkaitan dengan bilangan
beserta operasi-operasinya tetapi berhubungan pula dengan unsur-unsur
lainnya. Matematika tidak dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan kuantitas karena dalam geometri kuantitas kurang
mendapat penekanan dibandingkan dengan kedudukannya. Maka yang disepakati hanyalah karakteristiknya.
Hal
ini menunjukkan bahwa sasaran matematika lebih dititik beratkan pada
ide- ide atau konsep-konsep, teori-teori dan hubungan-hubungan yang
diatur secara logis sehingga menimbulkan keterkaitan dengan konsep-
konsep abstrak. Matematika
merupakan ilmu-yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,
walaupun manfaatnya tidak nampak secara konkrit. Tetapi seiring dengan
berjalannya waktu akhirnya masyarakat sadar bahwa kehidupan sehari-hari
tidak lepas dari matematika.
3. Prestasi Belajar Matematika
Poerwadarminta
(1974: 769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan.
Defenisi di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986: 102) yang
menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
Istilah
prestasi selalu digunakan dalam mengetahui keberhasilan belajar siswa
di sekolah. Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil
yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan siswa dalam
mengerjakan sesuatu pada saat tertentu. Prestasi
belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan ekstren.
Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari
siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang
berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern meliputi
prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa
sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang
dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan
mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar
kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari
sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan,
kecerdasan, sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor
ekstern antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar
yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan
pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan
bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan
gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas
pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran
serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (1993) dengan tiga langkah yaitu :
1. Pembentukan kelompok
2. Diskusi masalah
3. Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah
tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah
sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras,
suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam
menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam
kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama
untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada
siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada
beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren
dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8. Hasil belajar lebih tinggi.
B. Kerangka Berpikir
Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika,
guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan
menerapkan berbagai model pembelajaran.
Dalam
pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, karena melihat
kondisi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru
di kelas, ada siswa yang mempunyai daya serap cepat dan ada pula siswa
yang mempunyai daya tanggap yang lama.
Menyikapi
kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok
yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang
tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan
tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya dan
diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh
karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya
berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap
kelompoknya tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa khususnya
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah, guru perlu
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan
pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua peubah tidak sama dan
diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap siswa
akan mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama terhadap materi
sistem persamaan linear dua peubah dan pada akhirnya prestasi belajar
siswa akan lebih baik.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
“Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem
persamaan linear dua peubah siswa kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tindakan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.A SMP Pesantren Yatama Mandiri Gowa pada Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 35 orang yang terdiri dari semua perempuan, dengan kemampuan yang heterogen.
C. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor Input yaitu kehadiran siswa yang menjadi subjek penelitian
2. Faktor proses yaitu aktifitas yang terjadi selama porses pembelajaran berlangsung, yang meliputi;
a. Siswa yang bertanya materi pelajaran yang belum dimengerti.
b. Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru
c. Siswa yang menyelesaikan soal di papan tulis
d. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah.
e. Siswa yang aktif pada saat kerja kelompok
f. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kerja kelompok.
g. Siswa yang memberi tanggapan terhadap presentase dari kelompok lain
3. Faktor
output yaitu hasil belajar matematika siswa yang diperoleh pada setiap
akhir siklus setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas.
b. Tes
hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c. Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini, direncanakan terdiri dari 3 siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti
apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap kegiatan awal, meliputi:
a. Observasi awal
b. Tes
awal: untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami konsep
persamaan linear dua peubah sebelum diadakan tindakan, yang nantinya
digunakan sebagai nilai awal yang diperlukan dalam pembagian kelompok
melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Di samping itu, diperlukan
dalam pengolahan nilai peningkatan prestasi belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a. membuat skenario pembelajaran
b. membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe NHT diaplikasikan.
c. mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah materi matematika telah dikuasai oleh siswa.
d. membuat jurnal refleksi diri.
3. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat.
4. Observasi/evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.
5. Refleksi
hasil yang diperoleh dalam tahap observasi/evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini. Kelemahan-kelemahan/ kekurangan-kekurangan
yang terjadi pada setiap siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru.
b. Jenis
data: jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar
observasi, jurnal refleksi diri dan data kuantitatif diperoleh dengan
alat evaluasi hasil belajar.
c. Cara pengambilan data
Data
tentang pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi
di kelas, diambil berdasarkan pengamatan langsung dengan menggunakan
lembar observasi dan jurnal refleksi diri.
Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar.
G. Teknik Analisis Data
Data
tentang hasil pengamatan mengenai perubahan sikap siswa dianalisis
secara kualitatif sedangkan data mengenai hasil belajar siswa dianalisis
secara kuantitatif. Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan
berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Martini,2005:27). Kategorisasi tersebut
adalah:
1. Nilai 0 - 34 : dikategorikan “sangat rendah”
2. Nilai 35 - 54 : dikategorikan “rendah”
3. Nilai 55 - 64 : dikategorikan “sedang”
4. Nilai 65 - 84 : dikategorikan “tinggi”
5. Nilai 85 - 100 : dikategorikan “sangat tinggi”
H. Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa, yang ditinjau dari hasil tes setiap
akhir siklus yakni bila skor rata-rata kemampuan memecahkan masalah
matematika siswa mengalami peningkatan.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa dari
setiap siklus yang ditinjau dari hasil tes setiap akhir siklus
mengalami peningkatan skor rata-rata pada siswa kelas Kelas VIII.A SMP
Pesantren Yatama Mandiri Gowa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
DAFTAR PUSTAKA
Andi Rusdi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Di dowload: http://anrusmath.wordpress.com/2009/11/10/pengembangan
Ariyanto, dkk. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Di dowload: eprints.ums.ac.id/386/1/5._NINING_S.pdf –
Yusuf, Ahmad. 2006. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas 1 MA. Di dowload: www.damandiri.or.idfileyusufuns.